Minggu, 30 Juni 2013

Tugas Manajemen Ritel Bab 14

Nama   : Andi syahab ruswand
Npm    : 30210699
Kelas   : 3DD01

Manajemen Ritel

Industri ritel terus berubah seiring dengan perubahan teknologi, perkembangan dunia usaha, dan tentunya kebutuhan konsumen. Ritel adalah keseluruhan aktivitas bisnis yang terkait dengan penjualan dan pemberian layanan kepada konsumen untuk penggunaan yang sifatnya individu sebagai pribadi maupun keluarga.
Agar berhasil dalam pasar ritel yang kompetitif, peritel harus dapat menawarkan produk yang tepat, dengan harga yang tepat, pada tempat yang tepat, dan waktu yang tepat. Oleh karena itu, pemahaman peritel tehadap karakteristik target pasar atau konsumen yang akan dilayani merupakan hal yang sangat penting.
Dalam operasionalnya peritel menjalankan beberapa fungsi antara lain membantu konsumen dalam menyediakan berbagai produk dan jasa, menjalankan fungsi memecah (bulk breaking), maupun menambah nilai produk. Secara keseluruhan, pengelolaan binis ritel membutuhkan implementasi fungsi-fungsi manajemen secara terintegrasi baik fungsi keuangan, pemasaran, sumber daya manusia, maupun operasional. Pemahaman keseluruhan atas isi buku ini membutuhkan telaah menyeluruh terhadap proses pengambilan keputusan dalam manajemen ritel yang diperjelas yaitu lingkup bisnis, mengembangkan strategi ritel, manajemen barang dagangan, dan manajemen toko.

Pengertian Manajemen
Manajemen merupakan suatu proses perencanaan,pengorganisasian,penggerakkan dan pengendalian atas atas sumber daya  yang dimiliki guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Pengertian Ritel
Ritel adalah suatu kegiatan yang terdiri dari aktivitas-aktivitas bisnis yang terlibat dalam menjual barang dan jasa kepada konsumen untuk kepentingan sendiri,keluarga ataupun rumah tangga.
Pengertian Manajemen Ritel
Manajemen ritel adalah  pengaturan keseluruhan faktor-faktor yang ebrpengaruh dalam proses perdagangan ritel,yaitu perdagangan langsung barang dan jasa kepada konsumen.
 Klasifikasi Rite.

1. Klasifikasi deskriptif
Pasar ritel dibagi menjadi 2 tipe yaitu berdasarkan :
a. tipe  kepemilikan (type of ownership)
b. tipe keragaman barang yang dijual(type of merchandise carried)

2. Klasifikasi strategic
Pasar retel dibedakan berdasarkan strategi yang digunakan,yaitu :
a. margin/turnover strategy
b.retail price and service strategy
c. strategic group classification
d. gross margin – merchandise type classification

3. Klasifikasi tingkat pelayanan
Dibagi menajadi :
a.  penjualan eceran swalayan
b. penjualan eceran dengan memilih dendiri
Contoh : toko baju dipasar
c. penjualan eceran dengan penjualan terbatas
Contoh : toko elektronik
d. penjualan eceran dengan pelayanan penuh
Contoh : toko perhiasan,butik
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap bisnis ritel adalah 4P yaitu Place,Price,Produck dan Promotion
Oleh karena itu sebelum memulia bisnis ini hendaknya kita harus sudah memahaminya dengan benar untuk memperkecil resiko kerugian.

Tugas Manajemen Ritel Bab 12-13

Nama   : Andi syahab ruswandy
Npm    : 30210699
Kelas   : 3DD01

MANAJEMEN PELAYANAN KONSUMEN

1. Pelayanan Konsumen yang Terintegrasi
Agar pelayanan memiliki kualitas dan memberikan kepuasan kepada pelanggan mereka, maka perusahaan harus memperhatikan berbagai dimensi yang dapat menciptakan dan meningkatkan kualitas pelayanannya. Hasil penelitian yang dilakukan Berry dan kawan-kawan seperti dikutip Payne (2000) faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan dapat diidentifikasi dalam lima aspek kunci sebagai berikut:
• Faktor fisik (tangibles): fasilitas fisik, perlengkapan, penampilan personil.
• Reliabilitas (reliability): kemampuan melakukan layanan atau jasa yang diharapkan secara meyakinkan, akurat dan konsisten.
• Daya tanggap (responsibility): kemauan memberikan layanan dan membantu pelanggan.
• Jaminan (assurances): pengetahuan, sopan santun, dan kemampuan karyawan menyampaikan kepastian dan kepercayaan.
• Empati (emphaty): perhatian individual kepada pelanggan.
Untuk menciptakan kualitas pelayanan yang tinggi, secara garis besar Tjiptono (2000) mengemukakan strategi pemasaran pelayanan jasa yang pokok berkaitan dengan tiga hal berikut:
1. Melakukan differensiasi kompetitif. Perusahaan jasa dapat mendeferensiasikan dirinya melalui citra di mata pelanggan, misalnya melalui simbol-simbol dan lambang-lambang yang mereka gunakan. Selain itu perusahaan dapat melakukan deferensiasi kompetitif dalam penyampaian jasa (service delivery) melalui 3 aspek yang dikenal dengan 3P dalam pemasaran jasa, yaitu:
• Orang (people) yang dilatih agar dapat diandalkan.
• Lingkungan fisik (physical environement) yang dikembangkan dengan lebih atraktif.
• Proses (process) penyampaian pelayanan yang dirancang dengan lebih superior.
2. Mengelola kualitas jasa. Mengelola kualitas jasa adalah mengelola gap (kesenjangan) dalam hal:
• Gap antara harapan pelanggan dengan persepsi manajemen terhadap pelanggan.
• Gap antara persepsi manajemen terhadap pelanggan dan spesifikasi kualitas jasa.
• Gap antara spesifikasi kualitas jasa dan penyampaian jasa, gap antara penyampaian jasa dan komunikasi eksternal.
• Gap antara jasa yang dirasakan dan jasa yang diharapkan.
3. Mengelola produktivitas. Ada enam pendekatan yang dapat diterapkan untuk meningkatkan produktivitas jasa, yaitu:
• Penyedia jasa bekerja lebih keras atau lebih cekatan dari biasanya.
• Meningkatkan kuantitas jasa dengan mengurangi sebagian kualitasnya.
• Mengindustrialisasikan jasa tersebut dengan menambah perlengkapan dan melakukan standarisasi produksi.
• Mengurangi atau menggantikan kebutuhan terhadap suatu jasa tertentu dengan jalan menemukan suatu solusi berupa produk.
• Merancang jasa yang lebih efektif.
• Memberikan insentif kepada para pelanggan untuk melakukan sebagian tugas perusahaan.
Alma (1998) menyatakan kosumen menginginkan layanan yang baik dengan : harapan (1) Kualitas layanan yang konsisten, (2) Sikap personil yang selalu ramah, (3) Kejelasan suara, gambar, atau cetakan (4) Tidak terlalu sering gangguan, kerusakan, kalaupun ada cepat diperbaiki, dan (5) Successful Call Ratio (SCR) yang tinggi.

Saat ini setiap perusahaan menghadapi lingkungan bisnis yang sangat kompetitif. Oleh karena itu hanya perusahaan yang memiliki keunggulan kompetitif yang dapat tetap bertahan atau eksis. Salah satu upaya menciptakan keunggulan kompetitif yang dapat dilakukan oleh perusahaan adalah dengan mengembangkan pelayanan pelanggan yang baik. Pelayanan pelanggan bukan sekedar keunggulan kompetitif, pada banyak industri, pelayanan pelanggan adalah ujung tombak yang membuat suatu industri bisa bertahan dalam dunia persaingan yang semakin ketat. “Layanan merupakan standar baru dan pelanggan menilai kinerja suatu perusahaan dari layanannya.”(William Band, partner Strategic Management Practice).

Perang untuk merebut pelanggan agar mau kembali membeli atau berbisnis lagi dengan kita merupakan hal penting untuk kesuksesan jangka panjang dalam bisnis yang kompetitif di zaman sekarang ini. “Kebanyakan perusahaan tidak memahami bahwa pelayanan pelanggan dapat benar-benar menjual” (Powell Taylor).

Apa sih sebenarnya pelayanan pelanggan? Kotler mengartikan pelayanan (service) sebagai suatu kegiatan atau keuntungan yang ditawarkan suatu kelompok kepada yang lainnya dan pada dasarnya tidak berwujud dan tidak menyebabkan kepemilikan terhadap apapun.
Walaupun pandangan Kotler tersebut cukup luas, namun demikian saat ini apa yang diartikan konsumen sebagai pelayanan telah berubah secara radikal. Definisi pelayanan pada saat ini termasuk lokasi yang nyaman, ragam pilihan, dominasi kategori dan cepatnya transaksi. Ini bahkan juga bisa berarti harga yang bersaing. Sedangkan menurut Warren Blanding “pelayanan pelanggan merujuk pada aktivitas dari kepuasan pelanggan yang biasanya dimulai dengan pemesanan dan diakhiri dengan pengiriman barang pada pelanggan, dimana pada beberapa kasus berlanjut pada maintenance, atau technical support lainnya”

Pelanggan memandang penawaran dari perusahaan manapun dari sudut harga, kualitas, dan pelayanan, serta respon perusahaan tersebut terhadap keluhan mereka. Layanan atau pelayanan pelanggan adalah frase atau kata yang memiliki makna luas yang dapat meliputi banyak elemen, mulai dari ketersediaan produk sampai dengan ke pelayanan setelah penjualan. Pelayanan yang memiliki arti yang berbeda untuk setiap orang dan hasil observasi yang kita lakukan. Pada tingkat paling bawah berarti sesuatu yang bukan hak pelanggan tapi diberikan sebagai hadiah. Pada tingkat berikutnya pelayanan berarti memfokuskan diri pada transaksi tetapi memiliki sifat yang memperbaiki sesuatu jika ada yang rusak Pada tingkat ini tujuannya adalah memberi daripada yang diharapkan pelanggan yang mungkin memang kebutuhan mereka.

Dari penelitian yang disponsori oleh the National Council of Physical Distribution Management, dapat diidentifikasikan elemen-elemen dari pelayanan pelanggan yang semuanya dikategorikan menjadi tiga yaitu:
Elemen sebelum transaksi (Pretransaction elements),menghadirkan iklim yang baik untuk pelayanan pelanggan. Menyediakan pernyataan tertulis mengenai kebijakan pelayanan pelanggan. Mengadakan rencana-rencana alternatif di waktu-waktu khusus seperti pada waktu bencana alam, atau buruh mogok yang dapat mengganggu pelayanan normal. Menciptakan struktur organisasional untuk mengimplementasikan pelayanan pelanggan.
Elemen pada saat transaksi (Transaction elements), semua hal yang secara langsung merupakan hasil dari pengiriman produk pada pelanggan, penentuan tingkat persediaan, pemilihan mode transportasi dan mengadakan prosedur proses pemesanan. Elemen-elemen tersebut pada gilirannya mempengaruhi waktu pengiriman, akurasi pemenuhan pesanan, kondisi barang dan ketersediaan barang.
Elemen setelah transaksi (Post-transaction elements), mewakili sejumlah pelayanan yang dibutuhkan untuk mendukung produk di lapangan, untuk melindungi pelanggan dari produk cacat, menyediakan tempat untuk barang yang akan diperbaiki, pengemasan, dan menangani keluhan dan pengembalian barang. Hal ini terjadi setelah transaksi, tapi harus direncanakan pada saat sebelum transaksi.

Tugas Manajemen Ritel Bab 11

Nama   : Andi syahab ruswandy
Npm    : 30210699
Kelas   : 3DD01
 

MANAJEMEN PERDAGANGAN RITEL

·Sumber daya & Produk Line
Lini produk adalah serangkaian produk dan jasa yang berhubungan yang ditawarkan oleh sebuah perusahaan. Lini produk cenderung berkembang sepanjang waktu, saat perusahaan menyadari kebutuhan konsumen yang lain. Sumber dan produk line sebagai pedoman umum bisa dikatakan, bahwa perusahaan besar sebaiknya mempunyai product line yang relatif lengkap. Sedang perusahaan sedang dan kecil, sebaiknya mempunyai suatu limited product line. Alasannya, seperti sudah diketahui, adalah sumber daya yang terbatas untuk perusahaan kecil. Dengan suatu limited product line, maka akan lebih terjadi konsentrasi/fokus sehingga peluang berhasil juga akan lebih tinggi. Titik optimal itu terdiri dari berapa produk? Jawaban yang pasti dan eksakta tentu tidak ada, karena semua perusahaan punya karakteristik industri yang berbeda beda. Namun titik optimal itu terdiri dari 3-5 produk, atau belasan, atau mungkin bahkan puluhan, dipengaruhi oleh beberapa faktor utama yaitu:
• Sumber daya keuangan perusahaan. Seberapa jauh kita bisa membiayai laju pertumbuhan
perusahaan kita sendiri.
• Tentu keadaan persaingan. Makin ketat persaingan, product line-nya harus makin terbatas.
• Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan produk yang lebih differentiated (unik), atau
lebih baik.



·Pemberdayaan Perdagangan Ritel
     kekurangan pada bargaining power dalam menghadapi supplier-nya maka terdapat tantangan dalam persaingan global yang menuntut keberadaan UKMK dalam bidang Ritel yang sehat, berdaya saing, dan berkembang secara berkelanjutan (sustainable). Dipandang perlu pula adanya upaya-upaya serius untuk melindungi kehidupan berbisnis UKMK Bidang Ritel dari tantangan persaingan peritel global. Adalah merupakan suatu urgensi bagi peningkatan kapasitas UKMK menjadi tempat belanja alternatif (ritel modern) yang mampu bersaing dengan peritel dari jaringan konglomerasi dengan mengangkatnya dari kondisi marjinal akibat tekanan persaingan. Dengan kata lain, adalah saatnya untuk memulai gerakan pemberdayaan UKMK Bidang Ritel ini melalui sosialisasi praktek perdagangan ritel modern yang berkeadilan, dengan kepemilikan usaha yang diperluas, memiliki multi-peran sebagai Agen Pemberdayaan bagi Masyarakat Pebisnis Ritel dan Pemasoknya yang berskala UKMK disamping tujuannya mendapatkan keuntungan usaha, dan memiliki komitmen bagi pembelajaran masyarakat sehingga mampu membangkitkan jiwa kewirausahaan. Dari sisi kelembagaan, perbedaan karakteristik pengelolaan pasar modern danpasar tradisional nampak dari lembaga pengelolanya. Pada pasar tradisional, kelembagaan pengelola umumnya ditangani oleh Dinas Pasar yang merupakanbagian dari sistem birokrasi. Sementara pasar modern, umumnya dikelola oleh profesional dengan pendekatan bisnis. Selain itu, sistem pengelolaan pasar tradisional umumnya terdesentralisasi dimana setiap pedagang mengatursistem bisnisnya masing-masing. Sedangkan pada pasar modern, sistempengelolaan lebih terpusat yang memungkinkan pengelola induk dapat mengaturstandar pengelolaan bisnisnya. Dari aspek kebijakan, dapat dijelaskan bahwapemerintah telah mengeluarkan kebijakan-kebijakan tentang penataan perpasaran.

·         Keunggulan Perdagangan Ritel
Ritel di Indonesia memang memberikan beberapa manfaat, namun keberadaannya juga menuai banyak persoalan. Pertama, keberadaan ritel modern terbukti mematikan warung-warung tradisional terutama terkait dengan trend pergeseran kebiasaan konsumen di atas. Data dari Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) menunjukkan jumlah pedagang pasar tradisional di wilayah DKI Jakarta mengalami penurunan dari 96.000 orang menjadi 76.000 pedagang. APPSI juga menyebutkan bahwa sekitar 400 toko di pasar tradisional tutup setiap tahunnya.
Selain itu, ritel modern juga tidak berkontribusi pada perkembangan, bahkan justru mematikan pemasok-pemasok kecil lokal, terutama UKM. Awalnya, pemerintah berharap UKM dapat memperoleh peran sebagai pemasok dalam ritel modern. Jumlah UKM yang menjadi pemasok ritel modern memang mencapai 67% dari total keseluruhan jumlah pemasok, namun produk yang disuplai oleh UKM hanyalah 10% dari total barang yang dijual di suatu ritel modern. Hal ini terjadi karena syarat perdagangan yang ditawarkan oleh ritel modern terlalu berat untuk dipenuhi UKM. Salah satu persyaratan yang sangat memberatkan UKM adalah listing fee.

·Kebijakan harga dalam perdagangan ritel
Seiring dengan adanya beberapa indikator dalam pertumbuhan perdagangan pada tahun 2011 ini, maka, sebagai tindaklanjut dari tahun sebelumnya, tahun ini Kemendag menetapkan berbagai ke bijakan yang berpihak guna mendongkrak sektor perdagangan di dalam maupun di luar negeri menjadi lebih baik lagi. Menteri Perdagangan (Mendag) Mari Elka Pangestu mengatakan, tahun ini Kemendag akan terus meningkatkan kerja sama dengan pihak swasta untuk memperkuat perdagangan produk dalam negeri. “Saya yakin perdagangan produk dalam negeri positif pertumbuhannya,” tandas Mendag. Selama 2010 Kementerian Perdagangan telah mengenakan bea masuk antidumping terhadap tujuh produk impor yang dinilai diperdagangkan secara tidak adil. “Untuk mengamankan pasar dalam negeri, telah dikenakan tindakan antidumping terhadap tujuh produk impor,” kata Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu Selain itu, untuk mengamankan pasar dalam negeri, kemendag juga terus melakukan peningkatan pengawasan barang beredar dan jasa. Kemendag akan terus melakukan pengawasan berkala terhadap perdagangan 15 komoditas dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) wajib dan lima produk jasa di 15 daerah. “Kita juga akan terus me ngawasai secara ketat dalam pendistribusian gula, bahan berbahaya dan minuman beralkohol,” tandas Mendag. Lebih lanjut, Kemendag bekerjasama dengan BPOM akan memastikan bahwa label berbahasa Indonesia untuk produk-produk pangan, kosmetik, dan produk-produk non pangan yang telah ditetapkan di lapangan harus dapat terpenuhi. “Semua itu kita lakukan sebagai upaya Kemendag dalam memberikan pelindungan terhadap konsumen. Dengan melakukan perlidungan ini, secara otomatis kita juga telah mengamankan pedagangan di dalam negeri. Sejumlah produk luar harus memenuhi syarat seperti syarat-syarat yang yang dipenuhi oleh produk di dalam negeri sebelum diperdagangkan,” jelas Mendag. Agaknya, dengan sejumlah kebijakan yang telah dilakukan oleh Kemendag tersebut, maka pada 2010, produk dalam negeri boleh dibilang masih mampu menguasai pasar di berbagai pusat perbelanjaan atau mal yang tersebar di Tanah Air. Penguasaan pangsa pasar produk dalam negeri tersebut di perkirakan hingga mencapai 80%.

Tugas Manajemen Ritel Bab 9-10

Nama   : Andi syahab ruswandy
Npm    : 30210699
Kelas   : 3DD01

             Manajemen Sumber Daya Manusia Ritel ( Bab 9 )

Saat ini usaha bisnis bisnis retail atau usaha retail merupakan salah satu usaha yang memiliki prospek yang baik dan terus berkembang.Maka dari itu banyak perusahaan konsultan, jasa konsultan,konsultan bisnis dan konsultan usaha retail untuk mambantu para pebisnis retail. Pengelolaan bisnis usaha,bisnis retail atau usaha retail membutuhkan kesiapan pengelola dalam semua sisi manajemen. Kelemahan dalam satu sisi manajemen ritel akan membuat peritel mengalami kendala dalam mengelola dan memacu industri usaha bisnis ritel bekerja dengan baik dan cepat. Masalah umum yang dihadapi oleh pebisnis usaha ritel -terutama pebisnis baru- saat ini adalah masalah manajemen. Mereka biasanya membuka ritel dengan tanpa konsep atau tanpa manajemen strategi ritel yang matang. Dalam tulisan ini saya akan membahas mengenai manajemen ritel mulai dari strategi pemasaran ritel, strategi financial dan keuangan ritel, strategi lokasi ritel, manajemen sumber daya manusia ritel, Informasi sistem dan supply chain manajemen ritel hingga manajemen hubungan customer. Manajemen strategi ritel mencakup
 1.) target market peritel. 
2.) strategi peritel untuk memuaskan atau mencukupi kebutuhan pasar. 
3.)dasar peritel untuk menciptakan competitive advantage. 
 
Target market adalah sasaran dimana peritel fokus menggarap pasar sasarannya. Sedangkan format ritel adalah bagaimana peritel mampu melakukan strategi ritel mix atau strategi bauran yaitu berupa type merchandise, pelayanan yg diberikan, strategi harga, strategi promosi dan advertising, strategi lay out dan design, tipikal lokasi dan customer services). Sedangkan competitve advantage adalah keunggulan peritel atas kompetisi yang ada yang tidak dapat dilakukan oleh kompetitor dan dapat diterapkan dalam jangka waktu yang lama. Strategi competitive advantage adalah hal yang paling penting dalam strategi pemasaran ritel. Membangun competitive advantage berarti bahwa peritel sedang membangun benteng yang kuat di pasar kompetisi pasar ritel. Ketika peritel berhasil membangun competitive advantage dengan kuat dan kokoh akan sulit bagi kompetitor untuk mencontoh atau mengikuti strategi competitive advantage ini dalam merebut pasar dan pelanggan. Ada tujuh peluang penting bagi peritel untuk membangun competitive advantage: 
 
1. ) customer loyalty. 
 2.)lokasi. 
3.)manajemen sumber daya manusia. 
4.)sistem informasi dan distribusi. 
5.) merchandise yang unik. 
6.) hubungan dengan supply chain.
 7.)customer service.


 Manajemen Keuangan Ritel (Bab 10 )

 

 1.Perencanaan dan pengendalian finansial
      Perencanaan dan pengendalian keuangan melibatkan proyeksi-proyeksi berdasarkan standar dan perkembangan dari umpan balik dan proses penyesuaian untuk memperbaiki prestasi kerja.
Perencanaan keuangan mencakup penjualan, laba, dan aktiva yang didasarkan pada alternatif strategi produksi dan pemasaran untuk kemudian bagaimana menentukan kebutuhan pendanaannya.
Perencanaan Keuangan adalah proses dari :
1. Menganalisis pendanaan dan pilihan investasi yang terbuka bagi perusahaan.
2. Memproyeksikan konsekuensi masa yang akan datang akibat keputusan saat ini, guna menghindari hal-hal yang tidak terduga dan hubungan antara keputusan saat ini dan masa yang akan datang.
3. Menentukan alternatif mana yang akan dipilih
4. Mengukur hasil selanjutnya terhadap tujuan dalam rencana keuangan.

2.Sistem pengendalian perdagangan ritel
Sistem pengendalian intern perlu diterapkan pada berbagai jenis usaha bisnis termasuk pada usaha bisnis ritel (retail). Usaha ritel yang saat ini sedang berkembang adalah usaha ritel modern dalam bentuk swalayan. Penerapan pengendalian intern perlu dilakukan pada seluruh kegiatan operasional swalayan, termasuk yang paling utama yaitu sistem penjualan tunai dan penerimaan kas. Sistem pengendalian intern bertujuan untuk mengamankan harta perusahaan. Sebagai contoh adakan sebuah penelitian pada suatu swalayan. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan sistem penjualan tunai dan penerimaan kas pada Swalayan Bentar cabang Mojokerto, dan menjelaskan penerapan pengendalian intern sistem penjualan tunai dan penerimaan kas pada swalayan yang bersangkutan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif Penelitian ini dilakukan dengan melakukan analisis secara mendalam terhadap sistem penjualan tunai dan penerimaan kas, serta unsur-unsur pengendalian intern, yaitu struktur organisasi, sistem wewenang dan prosedur pencatatan, dan praktik yang sehat. Hasil penelitian terhadap sistem penjualan tunai dan penerimaan pada Swalayan Bentar menyatakan bahwa sistem penjualan tunai dilakukan oleh bagian kasir. Sedangkan sistem penerimaan kas dilakukan oleh bagian kasir, supervisor kasir, bagian keuangan, dan manager operasional. Sistem pengendalian intern pada penjualan tunai adalah penggunaan barcode dalam setiap transaksi pembayaran dari pembeli. Sistem pengendalian intern pada penerimaan kas memerlukan pemisahan fungsi dari bagian yang memeriksa penerimaan kas (supervisor kas) dan bagian yang melakukan pencatatan penerimaan kas dan penyetoran uang ke bank, yaitu bagian keuangan. Berdasarkan hasil penelitian, disarankan untuk menerapkan sistem terkomputerisasi secara menyeluruh terhadap aktivitas transaksi di Swalayan Bentar mengingat Swalayan Bentar semakin berkembang. Perbaikan pembagian tugas juga perlu dilakukan untuk mengantisipasi penyelewengan. Selain itu perlu dilakukan penambahan fasilitas credit card agar transaksi pembayaran lebih efisien.
3.Analisis dan pengendalian biaya
Pembangunan perekonomian Indonesia pada saat ini sedang berkembang seiring dengan pertumbuhan pembangunan di bidang lainnya. Pembangunan ekonomi tersebut mempunyai arti pengolahan kekuatan ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil melalui penanaman modal, pembangunan teknologi serta melalui penambahan kemampuan berorganisasi dan manajemen. Dengan demikian kerjasama dari seluruh lapisan masyarakat sangat diharapkan untuk dapat mengolah kekuatan ekonomi potensial yang tersedia. Dalam pengertian yang lebih luas perusahaan merupakan organisasi yang terdiri dari bagian yang saling berhubungan dan bekerjasama untuk beberapa maksud atau sasaran. Perusahaan sebagai adalah satu pelaku ekonomi yang mempunyai tujuan memperoleh laba yang wajar, perlu memiliki program dalam melaksanakan kegiatan. Bagi perusahaan yang mengejar keuntungan dan berusaha mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan tentu akan menghadapi berbagai masalah yang akan timbul sehubungan dengan kegiatan perusahaan. Salah satu contoh masalah yang dihadapi adalah bagaimana melaksanakan pengendalian terhadap biaya-biaya yang terjadi dalam perusahaan. Pengendalian secara menyuluruh dalam perusahaan karena hanya dengan demikian apa yang mungkin dicapai oleh perusahaan dapat diketahui. Dalam dunia usaha, yang menjadi ukuran keberhasilan perusahaan adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Semakin besar laba yang dihasilkan oleh perusahaan, maka dapat diketahui bahwa perusahaan tersebut berhasil dengan baik dalam menjalankan usaha. Memperbesar jumlah laba dapat diilaksanakan melalui keputusan dengan berbagai macam cara seperti menaikkan jumlah omset penjualan, meminimalkan biaya atau menaikkan harga jual yang wajar. Perusahaan harus melaksanakan suatu pengendalian terhadap biaya untuk menunjang pelaksanaan kegiatan operasional perusahaan.
Pengendalian biaya pada umumnya mencakup tiga fungsi manajemen antara lain:
1. Fungsi planning melalui penetapan sasaran dan penyusunan rencana.
2. Fungsi organizing pada tingkat operasional.
3. Fungsi controlling melalui evaluasi terhadap tujuan yang telah dicapai.
Setiap perusahaan yang ingin tetap berjalan harus mampu mempertahankan eksistensinya dituntut untuk dapat bekerja secara maksimal, efisien dan efektif. Untuk itu dibutuhkan tingkat kemampuan manajemen untuk mengendalikan perusahaan terutama dalam meningkatkan kualitas. Apabila mekanisme operasi perusahaan relatif masih sederhana, maka sistem pengendalian dilakukan dengan sistem pengawasan langsung, tetapi jika perusahaan sudah beroperasi dengan skala besar dan melibatkan beberapa bagian, maka manajemen tidak lagi mampu mengadakan pengawsan langsung secara efektif. Dalam hal ini sistem pengendalian perlu dilengkapi dengan sistem pengendalian wewenang dan sistem pertanggungjawaban dengan menggunakan laporan tertulis. Anggaran adalah merupakan salah satu alat perencanaan keuangan perusahaan yang sekaligus dipakai sebagai dasar sistem pengendalian (pengawasan) keuangan perusahaan. Dengan tersusunnya rencana keuangan tersebut terhadap pimpinan perusahaan dapat lebih mudah melakukan koordinasi dalam melakukan koordinasi dalam melaksanakan tugasnya. Dalam proses pelaksanaan kegiatan perusahaan kita dapat menganalisa apakah anggaran yang telah disusun dapat terlaksana sesuai rencana yang ditetapkan sebelumnya, atau terdapat varians dalam melaksanakan varians yang terjadi dapat dilihat pada akhir bulan atau akhir tahun dengan cara membandingkan antara anggaran dan realisasinya. Varians yang selalu mutlak terjadi pada setiap anggaran perusahaan perlu kita nilai apakah varians itu dapat dianggap sebagai suatu yang wajar, artinya varians itu mutlak dan wajar tidak dapat dihindari atau varians itu dianggap suatu yang tidap wajar, yang disebabkan oleh kurangnya pengawsan dan terjadinya pemborosan. Perusahaan tidak terlepas dari perencanaan anggaran biaya operasional, mulai dari tahap persiapan yang diperlukan sebelum penyusunan rencana penyusunan anggaran itu sendiri. Implementasi dari rencana tersebut sampai akhir tahap pengawsan dan evaluasi dari hasil rencana tersebut.
4.Analisis dan pengendalian modal saham
Pembangunan perekonomian di suatu negara memerlukan adanya modal yang besar. Bukan hanya modal sumber daya manusia dan alam, tetapi juga modal berupa dana yang tidak sedikit. Pemerintah akan mencoba untuk menghimpun dana dari masyarakat, baik masyarakat dalam negeri maupun dari masyarakat luar negeri. Salah satu cara menghimpun dana yang dapat dilakukan adalah dengan menggalakkan investasi. Pemerintah akan berusaha menarik minat masyarakat untuk berinvestasi dengan hasil yang menguntungkan. Perekonomian suatu negara seringkali dinilai berdasarkan aktivitas investasi yang terjadi. Apabila tingkat investasinya tinggi, maka prospek perekonomian negara itu akan semakin bagus.
Investasi yang dianggap paling cepat memberikan keuntungan adalah investasi melalui pasar modal. Karena itu, pasar modal akan menjalankan fungsi ekonomi dan keuangan. Pasar modal menjadi alternatif penghimpun dana dari masyarakat selain sistem perbankan. Instrumen keuangan di pasar modal yang paling banyak digunakan untuk menarik dana dari masyarakat adalah saham biasa (common stock). Pada umumnya para investor memilih investasi dengan saham biasa, karena harapannya akan memperoleh return, yang berupa capital gain/capital loss dan dividend. Capital gain/loss adalah selisih dari harga jual dan harga beli saham, sedangkan dividend adalah sisa keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham. Setiap investor mempunyai preferensi yang berbeda-beda untuk return yang diharapkannya. Ketidakpastian return yang akan diperoleh merupakan risiko yang harus dihadapi oleh para investor. Karena itu, investor akan berhati-hati untuk memutuskan investasi apa yang akan dipilihnya.
Pada saat akan berinvestasi dalam suatu saham, investor akan berusaha menilai perusahaan untuk memperkirakan return yang diharapkan dapat diperolehnya. Harga saham suatu perusahaan di pasar modal seringkali menjadi acuan untuk menunjukkan nilai perusahaan tersebut. Analisis fundamental perusahaan, menjadi salah satu cara untuk menilai kinerja dan prospek perusahaan. Dividen merupakan salah satu faktor fundamental yang diperkirakan akan dapat mempengaruhi harga saham. Saat ini masih terjadi perdebatan tentang relevan tidaknya kebijakan dividen Hasil penelitian Setyorini (2001), menunjukkan bahwa kandungan informasi dalam pengumuman dividen dapat berpengaruh terhadap abnormal retun suatu saham, yang berarti mempengaruhi harga saham. Informasi kenaikan deviden bisa ditafsirkan sebagai tanda optimis sehubungan dengan keuntungan perusahaan, dan sebaliknya penurunan dividen dapat ditafsirkan adanya penurunan keuntungan dimasa depan (Dewi, 2003). Bagi investor yang mengharapkan return dari dividen, tentu akan memperhatikan informasi yang berhubungan dengan pembayaran deviden yang akan dilakukan perusahaan.
Jika suatu perusahaan memperoleh keuntungan, bukan berarti perusahaan tersebut pasti membagikan dividen. Darmadji dan Fakhruddin (2001:116) menyatakan bahwa dividen baru bisa diterima investor jika dua syarat terpenuhi, yaitu perusahaaan memperoleh keuntungan dan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang berwenang telah memutuskan pembagian dividen atas laba tersebut.
Pembayaran dividen juga tergantung kepada kebijaksanaan dewan direksi perusahaan (Sundjaya dan Barlian, 2003:353). Ada aturan yang membatasi pembayaran dividen tersebut. Sebelum pembayaran dividen kepada pemegang saham biasa dilakukan, semua tuntutan atau kewajiban kepada pemerintah, kreditur dan pemegang saham preferen harus dipenuhi terlebih dahulu. Pihak manajemen perusahaan akan mempertimbangkan berbagai hal untuk menentukan kebijakan dividennya. Kebijakan mengenai apakah perusahaan akan melakukan pembayaran dividen atau tidak, atau berapa besarnya dividen yang akan dibayarkan dapat mempengaruhi penilaian investor tentang kondisi perusahaan. Di lain pihak, pemegang saham biasa yang merupakan investor adalah pihak luar yang sangat sedikit memperoleh informasi tentang kondisi perusahaan. Jika investor dapat mengetahui hal-hal apa yang menjadi pertimbangan pihak manajemen perusahaan dalam mengambil keputusan mengenai pembayaran dividen kasnya, maka investor dapat memprediksi dividen kas yang akan diperolehnya sebagai pengembalian atas investasi yang dilakukannya.
Banyak penelitian yang telah membuktikan bahwa pasar modal bereaksi terhadap semua informasi yang berhubungan dengan perusahaan. Informasi yang dianggap memberikan kabar baik dapat menaikkan harga dan sebaliknya informasi yang dianggap kabar buruk akan menurunkan harga. Bagi investor yang menginginkan return dari dividen, tentu akan menganalisa variabel-variabel yang kemungkinan dapat mempengaruhi keputusan perusahaan dalam melakukan pembayaran dividen. Penelitian mengenai hal ini juga telah banyak dilakukan untuk membantu investor dan manajemen untuk memutuskan kebijakan dividen yang terbaik bagi pihak-pihak yang terkait. Baker dan Powell (2000) melakukan survei terhadap perusahaaan-perusahaan yang terdaftar di NYSE tahun 1997, untuk mengetahui pandangan manajer perusahaan mengenai faktor-faktor apa saja yang menentukan kebijakan dividen. Penelitian mereka memperoleh hasil bahwa faktor yang paling mempengaruhi kebijakan dividen adalah tingkat laba dan kontinyuitas dividen masa lalu. Sebuah survei juga pernah dilakukan di Bursa Efek Jakarta yang tujuannya untuk menilai pandangan para pemimpin eksekutif terhadap kebijakan dividen dan kebijakan struktur modal. Hasil survei menunjukkan bahwa bagi para eksekutif, variabel yang berpengaruh terhadap kebijakan dividen adalah variabel laba dan kesempatan investasi. Selain itu, cash ratio, cashflow, dan harga saham juga menjadi variabel yang mempengaruhi dividen (Pefindo :1997 dalam Anshori :2001).
Sutrisno (2001) telah meneliti mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi dividend payout ratio pada perusahaan publik. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa tidak semua faktor yang diteliti mempunyai pengaruh yang signifikan. Dari 6 variabel yang diteliti, hanya variabel posisi kas dan rasio hutang yang berpengaruh signifikan, sedangkan variabel potensi pertumbuhan, ukuran perusahaan, kepemilikan dan profitabilitas tidak cukup signifikan. Penelitian lain dilakukan oleh Erawati dan Sisdyani (2005), yang meneliti 5 variabel, dan hasilnya menyatakan bahwa dividen kas tahun sebelumnya dan laba yang diperoleh perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap pembayaran dividen kas, tetapi hutang dan likuiditas justru berpengaruh tidak signifikan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Dewi (2003) yang juga menyatakan bahwa laba dan dividen tahun lalu berpengaruh signifikan.
Banyak penelitian tentang kebijakan dividen yang telah dilakukan, tetapi hasil penelitian-penelitian tersebut tidak ada yang konsisten. Dari permasalahan inilah, peneliti merasa tertarik untuk menguji ulang mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pembayaran dividen kas. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang telah dilakukan oleh Kania dan Bacon (2005), yang melakukan penelitian untuk menguji faktor-faktor yang memotivasi kebijakan dividen perusahaan.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian Kania dan Bacon (2005) adalah variabel dependent yang digunakan, yaitu menggunakan Dividend Payout Ratio (DPR), tetapi sampel perusahaan dan variabel independent yang digunakan berbeda. Kania dan Bacon (2005) mengamati beberapa variabel, yaitu Return On Equity (ROE), pertumbuhan penjualan, likuiditas (current ratio), rasio hutang (Debt to Total Asse)t, Insider Ownership, Beta, Institusional Ownership, penggunaan modal, dan pertumbuhan earning per share, sedangkan penelitian ini hanya fokus pada variabel keuangan yang bersifat intern yaitu ROE, variabel pertumbuhan earning pershare, likuiditas dan rasio hutang. Ukuran likuiditas diukur dengan cash ratio karena ukurannya lebih tajam dibandingkan current ratio, sedangkan rasio hutang diukur dengan Debt to Equity Ratio. Penelitian ini menambahkan variabel dividen periode sebelumnya karena diperkirakan mempunyai pengaruh terhadap kebijakan pembayaran dividen saat ini, berdasarkan adanya beberapa penelitian mengenai hal itu. Selain itu, sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang listing di Bursa Efek Jakarta tahun 2004, sedangkan sampel yang digunakan oleh Kania dan Bacon (2005) adalah seluruh perusahaan yang terdaftar dan datanya terdapat dalam website www.MultexInvestor.com, sebuah website pemandu pasar modal.

Tugas Manajemen Ritel Bab 8

Nama   : Andi syahab ruswandy
Npm    : 30210699
Kelas   : 3DD01


PROMOSI PENJUALAN YANG BERORIENTASI RITEL

A. PENGANTAR

Promosi perdagangan merupakan setengah dari setiap dolar yang ditanamkan oleh produsen untuk mempromosikan produk-produk baru dan yang telah ada. Produsen mengarahkan promosi perdagangan kepada para grosir, pengecer, dan perantara pemasar lainnya (bukan konsumen).
Para produsen mempunyai berbagai tujuan untuk menggunakan promosi penjualan penjualan yang berorientasi perdagangan :
1.Untuk memperkenalkan produk-produk baru atau yang direvisi.
2.Untuk meningkatkan distribusi paket-paket atau ukuran baru.
3.Untuk menyelenggarakan persediaan eceran.
4.Untuk mempertahankan atau meningkatkan luas rak penyimpan barang konsumen.
5.Untuk mendapatkan display di samping lokasi rak yang normal.
6.Untuk mengurangi kelebihan persediaan dan meningkatkan perputaran.
7.Untuk mencapai fitur produk dalam periklanan pengecer.
8.Untuk menghadapi aktivitas pesaing.
9.Untuk menjual sebanyak mungkin kepada konsumen akhir.

B.TRADE ALLOWANCES
Trade allowances digunakan oleh para produsen untuk memberi imbalan kepada para grosir dan pengecer agar melaksanakan kegiatan yang mendukung merek produsen.
Dengan menggunakan trade allowances, para produsen berharap dapat mencapai dua tujuan yang saling berkaitan :
1.Meningkatkan pembelian para grosir dan pengecer atas merek produsen.
2.Meningkatkan pembelian konsumen atas merek produsen dari pengecer.

Bentuk-bentuk Utama Trade Allowances :
1.Slotting Allowances – Bentuk ini berlaku pada situasi di mana produsen berusaha agar salah satu mereknya (khususnya merek baru) diterima oleh pengecer.
2.Bill-Back Allowances – Pengecer akan menerima allowances jika mengiklankan merek-merek produsen atau menyediakan display khusus.
3.Off-Invoice Allowances – Bentuk ini merupakan deal atau transaksi yang dilakukan secara periodik yang memungkinkan para grosir dan pengecer untuk mengurangi suatu jumlah tertentu dari faktur, dengan kata lain yaitu pengurangan harga sementara atas merek tertentu.

C.USAHA-USAHA UNTUK MEMECAHKAN MASALAH PROMOSI PERDAGANGAN
Karena promosi perdagangan menimbulkan ketidakefisienan, menciptakan biaya distribusi miliaran dolar, secara ekonomis tidak menguntungkan bagi para produsen, dan dapat menaikkan harga bagi konsumen, maka berbagai usaha telah dilakukan untuk mengubah cara bisnis dijalankan, khususnya dalam industri bahan pangan.

Efficient Consumer Response (ECR)
Efficient Consumer Response (ECR) adalah konsep manajemen bisnis yang luas dan berorientasi pada peningkatan efisiensi dan penurunan biaya dalam industri bahan pangan. Tujuan ECR adalah untuk meningkatkan efisiensi dalam industri bahan pangan di antara semua pihak (produsen, grosir, broker, dan pengecer) dan mengurangi biaya bagi semua orang, khususnya konsumen akhir. ECR juga bertujuan mengurangi pengeluaran yang besar untuk promosi perdagangan.

Manajemen Kategori
Manajemen kategori (category management) menjelaskan hubungan kerja antara para produsen dan pengecer yang mencoba menemukan cara agar kedua pihak dapat meraih keuntungan.
Tahap-tahap dalam proses pengimplementasian manajemen kategori :
1.Tinjauan kategori.
2.Konsumen sasaran.
3.Perencanaan perdagangan.
4.Penerapan strategi.
5.Evaluasi hasil.

Everyday Low Pricing (EDLP)
EDLP(M) adalah bentuk penerapan harga di mana produsen akan mengenakan harga yang sama untuk merek tertentu hari demi hari. Ada tiga alasan utama mengapa beberapa pengecer menolak penetapan harga EDLP :
1.Banyak pengecer telah membentuk infrastruktur distribusi untuk memanfaatkan harga tinggi-rendah.
2.Terdapat beberapa bukti bahwa penetapan harga EDLP(M) hanya menguntungkan produsen jika harga produk mereka dalam kondisi ini lebih tinggi dibandingkan harga pengecer yang membayar EDLP(M), bukan tinggi-rendah.
3. Penerapan harga EDLP(M) merugikan bisnis eceran.

Program Pay-for-Performance
Pay-for-performance adalah bentuk trade allowance yang memberi imbalan kepada pengecer untuk menjalankan fungsi utamanya menjustifikasi penawaran trade allowance oleh konsumen. Program pay-for-performance meliputi tiga segi, yaitu :
1.Produsen menetapkan suatu periode yang telah disepakati bersama dengan pengecer, di mana pengecer akan menerima allowance atas semua kuantitas merek yang dipromosikan yang telah dijual kepada konsumen pada harga deal.
2.Data milik pengecer akan memverifikasi jumlah merek yang dipromosikan yang telah terjual selama periode ini pada harga deal.
3.Produsen akan mengurangi penurunan margin yang dialami pengecer karena menjual sejumlah unit tertentu.

Account-Specific Marketing
Account-specific marketing adalah terminologi deskriptif yang menggambarkan kegiatan promosi dan periklanan yang diminta produsen atas account-account ritel khusus. Konteks promosi yang digunakan adalah off-invoice allowance, karena kegiatan promosi produsen hanya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan account ritel khusus. Karena account-specific marketing memerlukan banyak usaha, baik dalam pengembangan maupun implementasi dan juga mahal, maka masa depan praktik tersebut sangat tidak pasti.

D. PERIKLANAN KOOPERATIF DAN PROGRAM DUKUNGAN PENJUAL
Promosi perdagangan terjadi apabila produsen barang-barang dagangan bermerek membayar sebagian beban yang dikenakan pengecer ketika mengiklankan merek-merek produsen, baik program dukungan penjual maupun periklanan kooperatif berkaitan dengan hubungan periklanan antara produsen dan penjual kembali. Suatu perbedaan mendasar antara keduanya adalah bahwa program periklanan kooperatif dimulai oleh produsen, sementara program dukungan penjual dimulai oleh pengecer.

Periklanan Kooperatif
Periklanan kooperatif merupakan perjanjian antara produsen dan penjual kembali (baik pengecer maupun distributor industri) di mana produsen akan membayar semua atau sebagian biaya periklanan yang dilakukan oleh penjual kembali atas produk-produk produsen.
Unsur-unsur dalam periklanan kooperatif:
1.Periode waktu yang ditentukan.
2.Akrual : Pengecer menerima dari produsen sejumlah dana periklanan, yang disebut akun akrual (accrual account) untuk biaya iklan yang dikenakan.
3.Pangsa pembayaran.
4.Petunjuk kinerja.
5.Tagihan pembayaran kembali.

Program Dukungan Penjual
Bertentangan dengan periklanan kooperatif, program dukungan penjual (vendor support program/VSPs) diprakarsai oleh pengecer. Pengecer menciptakan dolar periklanan dengan menggunakan powernya atas produsen, atau penjual, yang tergantung pada pengecer demi keberhasilan pasarnya.

E.KONTES DAN INSENTIF PERDAGANGAN
Program kontes dan insentif dikembangkan oleh produsen untuk mendorong kinerja yang lebih baik dari para manajer ritel dan waraniaga mereka. Jika kontes berkaitan dengan pemenuhan tujuan penjualan, maka insentif perdagangan diberikan kepada para manajer ritel dan waraniaga untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu.
Jika dikemas dengan benar, maka kontes dan insentif perdagangan dapat melayani kepentingan produsen dengan baik. Namun demikian, program tersebut tidak dapat melayani kepentingan pengecer atau konsumen. Misalnya, push money dapat menyebabkan para waraniaga ritel terlalu agresif membujuk konsumen agar membeli merek tertentu. Karena alasan ini, banyak toko-toko menerapkan kebijakan yang mencegah para manajer dan waraniaga mereka untuk menerima segala bentuk insentif dari para produsen atau pabrikan.

Tugas Manajemen Ritel Bab 7

Nama   : Andi syahab ruswandy
Npm    : 30210699
Kelas   : 3DD01

Manajemen Perdagangan Ritel

1.Sumber dan Produk Line
Lini produk adalah serangkaian produk dan jasa yang berhubungan yang ditawarkan oleh sebuah perusahaan. Lini produk cenderung berkembang sepanjang waktu, saat perusahaan menyadari kebutuhan konsumen yang lain. Sumber dan produk line sebagai pedoman umum bisa dikatakan, bahwa perusahaan besar sebaiknya mempunyai product line yang relatif lengkap. Sedang perusahaan sedang dan kecil, sebaiknya mempunyai suatu limited product line. Alasannya, seperti sudah diketahui, adalah sumber daya yang terbatas untuk perusahaan kecil. Dengan suatu limited product line, maka akan lebih terjadi konsentrasi/fokus sehingga peluang berhasil juga akan lebih tinggi.Titik optimal itu terdiri dari berapa produk? Jawaban yang pasti dan eksakta tentu tidak ada, karena semua perusahaan punya karakteristik industri yang berbeda beda. Namun titik optimal itu terdiri dari 3-5 produk, atau belasan, atau puluhan yang dipengaruhi oleh beberapa faktor utama yaitu:
• Sumber daya keuangan perusahaan. Seberapa jauh kita bisa membiayai laju pertumbuhan perusahaan kita sendiri.
• Tentu keadaan persaingan. Makin ketat persaingan, product line-nya harus makin terbatas.
• Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan produk yang lebih differentiated (unik), atau lebih baik
2.Pemberdayaan Perdagangan Ritel
Kekurangan pada bargaining power dalam menghadapi supplier-nya maka terdapat tantangan dalam persaingan global yang menuntut keberadaan UKMK dalam bidang Ritel yang sehat, berdaya saing, dan berkembang secara berkelanjutan (sustainable). Dipandang perlu pula adanya upaya-upaya serius untuk melindungi kehidupan berbisnis UKMK Bidang Ritel dari tantangan persaingan peritel global. Adalah merupakan suatu urgensi bagi peningkatan kapasitas UKMK menjadi tempat belanja alternatif (ritel modern) yang mampu bersaing dengan peritel dari jaringan konglomerasi dengan mengangkatnya dari kondisi marjinal akibat tekanan persaingan. Dengan kata lain, adalah saatnya untuk memulai gerakan pemberdayaan UKMK Bidang Ritel ini melalui sosialisasi praktek perdagangan ritel modern yang berkeadilan, dengan kepemilikan usaha yang diperluas, memiliki multi-peran sebagai Agen Pemberdayaan bagi Masyarakat Pebisnis Ritel dan Pemasoknya yang berskala UKMK disamping tujuannya mendapatkan keuntungan usaha, dan memiliki komitmen bagi pembelajaran masyarakat sehingga mampu membangkitkan jiwa kewirausahaan. Dari sisi kelembagaan, perbedaan karakteristik pengelolaan pasar modern danpasar tradisional nampak dari lembaga pengelolanya. Pada pasar tradisional, kelembagaan pengelola umumnya ditangani oleh Dinas Pasar yang merupakanbagian dari sistem birokrasi. Sementara pasar modern, umumnya dikelola oleh profesional dengan pendekatan bisnis. Selain itu, sistem pengelolaan pasar tradisional umumnya terdesentralisasi dimana setiap pedagang mengatursistem bisnisnya masing-masing. Sedangkan pada pasar modern, sistempengelolaan lebih terpusat yang memungkinkan pengelola induk dapat mengaturstandar pengelolaan bisnisnya. Dari aspek kebijakan, dapat dijelaskan bahwapemerintah telah mengeluarkan kebijakan-kebijakan tentang penataan perpasaran.

3.Keunggulan Perdagangan Ritel

Ritel di Indonesia memang memberikan beberapa manfaat, namun keberadaannya juga menuai banyak persoalan. Pertama, keberadaan ritel modern terbukti mematikan warung-warung tradisional terutama terkait dengan trend pergeseran kebiasaan konsumen di atas. Data dari Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) menunjukkan jumlah pedagang pasar tradisional di wilayah DKI Jakarta mengalami penurunan dari 96.000 orang menjadi 76.000 pedagang. APPSI juga menyebutkan bahwa sekitar 400 toko di pasar tradisional tutup setiap tahunnya.Selain itu, ritel modern juga tidak berkontribusi pada perkembangan, bahkan justru mematikan pemasok-pemasok kecil lokal, terutama UKM. Awalnya, pemerintah berharap UKM dapat memperoleh peran sebagai pemasok dalam ritel modern. Jumlah UKM yang menjadi pemasok ritel modern memang mencapai 67% dari total keseluruhan jumlah pemasok, namun produk yang disuplai oleh UKM hanyalah 10% dari total barang yang dijual di suatu ritel modern. Hal ini terjadi karena syarat perdagangan yang ditawarkan oleh ritel modern terlalu berat untuk dipenuhi UKM. Salah satu persyaratan yang sangat memberatkan UKM adalah listing fee.

4.Kebijakan harga dalam perdagangan ritel

Seiring dengan adanya beberapa indikator dalam pertumbuhan perdagangan pada tahun 2011 ini, maka, sebagai tindaklanjut dari tahun sebelumnya, tahun ini Kemendag menetapkan berbagai ke bijakan yang berpihak guna mendongkrak sektor perdagangan di dalam maupun di luar negeri menjadi lebih baik lagi. Menteri Perdagangan (Mendag) Mari Elka Pangestu mengatakan, tahun ini Kemendag akan terus meningkatkan kerja sama dengan pihak swasta untuk memperkuat perdagangan produk dalam negeri. “Saya yakin perdagangan produk dalam negeri positif pertumbuhannya,” tandas Mendag. Selama 2010 Kementerian Perdagangan telah mengenakan bea masuk antidumping terhadap tujuh produk impor yang dinilai diperdagangkan secara tidak adil. “Untuk mengamankan pasar dalam negeri, telah dikenakan tindakan antidumping terhadap tujuh produk impor,” kata Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu Selain itu, untuk mengamankan pasar dalam negeri, kemendag juga terus melakukan peningkatan pengawasan barang beredar dan jasa. Kemendag akan terus melakukan pengawasan berkala terhadap perdagangan 15 komoditas dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) wajib dan lima produk jasa di 15 daerah. “Kita juga akan terus me ngawasai secara ketat dalam pendistribusian gula, bahan berbahaya dan minuman beralkohol,” tandas Mendag.
Lebih lanjut, Kemendag bekerjasama dengan BPOM akan memastikan bahwa label berbahasa Indonesia untuk produk-produk pangan, kosmetik, dan produk-produk non pangan yang telah ditetapkan di lapangan harus dapat terpenuhi. “Semua itu kita lakukan sebagai upaya Kemendag dalam memberikan pelindungan terhadap konsumen. Dengan melakukan perlidungan ini, secara otomatis kita juga telah mengamankan pedagangan di dalam negeri. Sejumlah produk luar harus memenuhi syarat seperti syarat-syarat yang yang dipenuhi oleh produk di dalam negeri sebelum diperdagangkan,” jelas Mendag. Agaknya, dengan sejumlah kebijakan yang telah dilakukan oleh Kemendag tersebut, maka pada 2010, produk dalam negeri boleh dibilang masih mampu menguasai pasar di berbagai pusat perbelanjaan atau mal yang tersebar di Tanah Air. Penguasaan pangsa pasar produk dalam negeri tersebut di perkirakan hingga mencapai 80%

Tugas Manajemen Ritel Bab 6

Nama   : Andi syahab ruswandy
Npm    : 30210699
Kelas   : 3DD01



KESEMPATAN PASAR
 
A.  Pasar Potensial Ritel
            Sebuah industri ritel melihat potensi pasarnya, atau bisa juga hal ini dijadikan cara mencari lokasi untuk industri ritel dan faktor-faktor apa saja yg menjadi tolak ukur dari pemain ritel.Ada delapan faktor utama yg perlu kita lihat dan pelajari dengan baik. kita langsung pada potensi-potensi pasar yang harus kita perhatikan.
1.  Population Characteristic
            Populasi karakter ini adalah hal yang terpenting, yang harus dilihat sebagai langkah potensi pasar pertama. Lihat secara detail dari populasi yang ada di area tersebut, baik dalam jumlah perkembangan penduduk, fasilitas yang mendukung industri ritel itu, baik dalam industri sektor lain tapi yang mempunyai multiplier effect dengan usaha ritel kita, seperti industri jasa ataupun industri sosial faktor di daerah itu, seperti rumah sakit,sekolah dll.populasi karakter harus melihat dengan detail, baik dimulai dari segi manusianya, umurnya, latar belakang edukasi mereka, pekerjaan, ras, suku dan juga perkembangan pasar industri yang ada.
2.  Buyer Behavior Characteristics
            Hal lain yang sangat menjadikan sebuah potensi pasar dalam menganalisa pasar yang ada adalah langkah kita melihat dan mengenal kelakuan (behavior) karakter dari pembeli pasar tersebut.sebagai contoh,di salah satu daerah yg akan dibuka sebuah supermaket, kebiasaan dan karakteristik penduduk daerah tersebut dalam berbelanja adalah membawa anaknya, maka sudah jelas jika ingin membuka supermaket di sana,hal pertama yg menjadi acuan dari kebiasaan (behavior) pembeli/penduduk dengan berbelanja bersama anaknya adalah sebuah tempat bermain.
            Maka jika kita membuka supermarket tanpa memperhatikan kebiasaan ini jangan heran kalau pengunjungnya sedikit meskipun harga jual kita sudah menarik/murah karena supermarket kita tidak ada hal yang membuat kebiasaan karakter mereka terpenuhi.kelihatannya simpel, tetapi banyak pelaku ritel tidak menyelidiki kebiasaan karakter pembeli dengan baik, sehingga potensi pasar yang ada tidak tergarap dengan penuh.data-data kebiasaan karakter pembeli ini tidak bisa dilihat hanya dari data perkembangan penduduk tetapi bisa digali dari tim Sales Promotion Girl (SPG) yang sudah ada di daerah pasar tersebut dan sudah tahu kebiasaan karakter pembeli disana.
3.  Household Income
            Kekuatan rata-rata pendapatan keluarga di daerah tersebut juga menjadikan apakah daerah tersebut pasar yg berpotensi untuk industri Ritel kita, karena jika pendapatan keluarga di daerah tersebut tidak terdistribusi dengan baik, maka pasarnya tidak stabil, dan juga peta potensi pasar kita tidak imbang.sebuah daerah dengan penghasilan tinggi secara pendapatan keluarga, tetapi tidak terdistribusi dengan baik, arti kata patron yang terjadi tidak merata akan membuat sebuah fenomena belanja yang berbeda jika pendapatan rata-rata keluarga di daerah tersebut sebanding semua atau equal.
4.  Household Age Profile
            Umur dan kategori dari keluaaga yang berdomisili disekitar potensi pasar yang akan kita bidik juga menjadi pengaruh yang besar. Sebuah potensi pasar di daerah yang berkembang populasi dengan penduduk dengan usia muda akan menjadikan potensi pasar dipengaruhi gaya hidupnya (lifestyle).
5.  Household Composition
            Komposisi keluarga ini sangat berpengaruh dengan potensi pasar. Lihat jika disana keluarga muda dan berubah menjadi komposisi berkeluarga dan mempunyai anak, maka komposisi belanja mereka beralih dari konsumtif gaya hidup ke konsumtif kebutuhan keluarga, dan otomatis gaya pengeluaran belanja menjadi beda.
Itulah sebabnya, industri Ritel seharusnya selalu melihat perkembangan komposisi keluarga ini setelah tahun ke tahun karena daerah mereka karakternya berkembang sesuai umur dari pembeli dan potensi pasar yang ada menjadi bergeser arahnya.
6.  Community Life Cycle
            pasar potensi yang sedang kontinyu bertumbuh karena ini yang sedang pesat-pesatnya dan secara tidak langsung memberikan kesempatanpotensi pasar yang baik dan bergairah untuk masa investasi mereka.
7.  Population Density
            Populasi kepadatan ini bisa dikonotasikan dengan jumlah orang per meter persegi dari potensi pasar yang ada karena ini menjadikan patron dari kekuatan pembeli yang ada.Semakin besar kepadatan populasinya, maka kita sebaiknya menyiapkan luas toko yang sesuai dengan potensi pasarnya. Lihat daerah potensi pasar di perumahan yang baru dengan keluarga yang hanya 2 orang akan berbeda dengan keluarga dengan rata-rata 4 hingga 5 orang.
8. Mobility
            Jika potensi pasar yang ada dipenuhi dengan gaya pembeli atau orang yang mobilitasnya tinggi, maka sudah jelas mereka adalah pasar potensi yang bergerak jadi,bukan acuan untuk selalu datang ke lokasi Ritel kita yang ada di dekat mereka, karena mereka adalah pembeli yang bergerak.

B. Memulai Bisnis Ritel
            Memulai bisnis bagi kebanyakan orang bukanlah hal yang mudah. Hal yang klasik, banyak pertimbangan di sana sini sehingga tak jarang membuat orang urung memulai bisnis.Semestinya memulai bisnis tidak menjadi salah satu sumber ketakutan bagi setiap orang. Untuk menghilangkan ketakutan dalam memulai bisnis, seseorang bisa membuat persiapan bisnis yang matang sehingga dapat menjalaninya dengan optimistis. Salah satu seminar Gerald Abraham salah seorang penasehat bisnis pada sebuah firma hukum, juga pemilik dan direktur sebuah konsultan keuangan di tahun 2006,berisi tentang menjadi sukses dengan memahami aspek penting sebelum memulai usaha,yaitu:
a.  Memahami konsep produk atau jasa secara baik
b.  Membuat visi dan misi bisnis
c.  Perlunya winning, positive dan learning attitude untuk menjadi sukses
d.  Membuat perencanaan dan strategi bisnis yang efektif akan menghindari usaha
e.  Pengetahuan dasar manajemen, organisasi dan sistem akan menghindari usaha
daripada risiko manajemen.
f.   Optimalisasi sumber daya manusia maka 50% usaha Anda sudah berhasil.
g.  Kreativitas, kepemimpinan dan proses pembuatan keputusan sangat penting
h.  Pengetahuan dasar pengelolaan keuangan dan pembiayaan
Pemahaman atas aspek ini adalah sangat penting dalam perkembangan usaha
Seringkali produksi terganggu karena pengelolaan keuangan yang tidak baik seperti kekurangan dana untuk pembelian bahan baku, alat-alat produksi dan lainnya.
i.    Pemasaran, pelayanan dan product brand
Pemasaran merupakan ujung tombak keberhasilan penjualan produk atau jasa. Sebaik apapun produk atau jasa tanpa pemasaran yang baik maka akan sangat sukar untuk meningkat penjualan dan keuntungan usaha.

C.Eksistensi Bisnis Ritel
            Keberadaan pasar modern memberikan banyak pilihan bagi konsumen dalam menentukan lokasi berbelanja.Apalagi belakangan ini jumlahnya juga semakin banyak. Namun, bagi pebisnis pasar tradisional, tentu memiliki arti lain.Ketatnya persaingan bisnis ritel mendorong para pengusaha untuk melakukan terobosan dalam strategi berdagang, baik menyangkut kemasan toko,pelayanan,hingga soal harga produk. Hal ini tentunya akan memberi keuntungan lain bagi para calon pembeli.
            Konsumen juga memegang kendali dalam menentukan hidup matinya sebuah toko modern, bahkan berpengaruh dalam pertumbuhan pasar modern. Bagi pebisnis ritel, karakter masyarakat akan menjadi pertimbangan dalam mengembangkan usahanya.Executive Director dari Retail Measurement Services Nielsen,Teguh Yunanto menuturkan, peritel akan melihat populasi penduduk sebagai salah satu pertimbangan dalam membuka toko.namun, seiring perpindahan lokasi permukiman ke daerah pinggiran, toko cenderung tumbuh di daerah tersebut dan menurun di kota besar.
            Hasil Nielsen Retail Establishment Surveyyang dilakukan pada akhir 2010 secara keseluruhan memperlihatkan lanskap ritel Indonesia menurun 1,3% dilihat berdasarkan jumlah toko. Hingga akhir 2010, tercatat 2.524.111 toko tersebar di Indonesia terdiri atas pasar tradisional dan modern. Sebarannya 57% di Pulau Jawa, 22% di Sumatera, dan 21% sisanya di pulaupulau lain.Dari hasil survei tersebut yang cukup menarik adalah menyangkut persaingan antara pasar tradisional dengan modern.Ritel modern mencakup hal yaitu pendekatan manajemen kategori dan manajemen rantai pasokan.Manajemen kategori dapat dipahami sebagai suatu pendekatan cara penanganan barang pada tingkat kategori melalui klasifikasi yang terstruktur dan sistematis pada bauran produk.sementara itu,paradigma baru dalam manajemen rantai pasokan barang menempatkan retailer dalam suatu titik/mata rantai dalam jalur distribusi/pasokan barang yang bersama-sama dengan pihak supplier menjadi bagian dari proses menyeluruh arus penyediaan barang dari hulu ke hilir.